catatan harian
Gelar Habib dan Eksistensi Keturunan Rasulullah
Oleh : Ali Assegaff
Gelar Habib dan Eksistensi Keturunan Rasulullah
Oleh : Ali Assegaff
Hai sobat kali ini saya akan mengangkat sekelumit mengenai Habib yang marak di Indonesia, hal ini saya angkat karena ada sekelompok orang yang tidak percaya bahwa orang yang bergelar Habib bukan Ahlul Bait ( keluarga Nabi). Bahkan lebih extreme lagi mereka menganggap Nabi Muhammad Hanya manusia biasa. Mudah - mudahan coretan ini akan membukakan mata hati mereka akan kenyataan yang ada Amiiiiin.
coretan ini saya kutip dari sebuah buku karya Ali Assegaf selamat menimba ilmu.
Kata Habib turunan dari kata Habba-Yahibbu-Hubban-Mahabbatan, yang bermakna mencintai. Habib sendiri bermakna orang yang dicintai atau kekasih. Kata yang identik untuk itu adalah wadda - ya waddu-waddan-mawaddan. Al-Qur’an memperkenalkannya melalui surah Asy – Syura ayat 23 yang berbunyi : “ katanlah ( hai Muhammad), sesungguhnya aku (Muhammad) tidak meminta upah atasnya (tugas risalah) selain kecintaan kepada Al – Qubra”. Mayoritas ahli tafsir sepakat bahwa Al – Qubra yang dimaksud dalam ayat tersebut keluarga keturunan Rasul berdasarkan riwayat Hadist yang berasal dari Ibnu Abbas bahwa ketika turun ayat Mawaddah, para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang keluarga Rasulullah SAW yang Allah wajibkan mencintai mereka, Rasulullah menjawab bahwa mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra dan kedua putrannya Hasan Husein.
Imana Bukhari menyinggung Hadist ini pada shahihnya, jilid kedua hal.264 bersanad Musaddad, dari Yahya binSyu’bah, dari Abdul Malik, dari Thawus, dari Ibnu Abbas. Demikian juga pakar Hadist seperti Ahmad bin Hambal, Thabrani, Al – Hakim maupun Dailamy. Dan ‘Kutubus – Sittah’ Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan An-Nasa’i memaparkan penjabaran Hadist – Hadist Al – Qubra dari Rasulullah sebagai penjelasan ayat Mawaddah. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa keturunan Hasan dan Husein termasuk dalam pengertian Al-Qubra.
Syaikul Ibnu Taimiyah dalam kitab “ Ahlul Bait wa huguguhum “ pada hal. 138 mengemukakan hadist riwayat Ibnu ‘Asakir yang berasal dari Anas bin Malik bahwa Rasullah SAW bersabda “ Janganlah seseorang diantara kalian berdiri dari tempat duduknya kecuali untuk menghormati Hasan dan Husein atau keturunan mereka berdua”. Bahkan Ibnu Hajar dalam kitabnya Shawa’igul Mugrigah hal. 105 menurunkan hadist yang berbunyi sebagai berikut : “ Wahai Manusia, sesungguhnya keutamaan, kemuliaan, kedudukan dan kepemimpinan adalah untuk Rasulullah dan keturunannya, maka janganlah kalian sampai hanyut oleh berbagai kebatilan”. Jelas sudah, bahwa kedua sumber Al-Qur’an dan Hadist, Allah dan Rasul-Nya menetapkan kewajiban cinta umat Muhammad kepada keturunan Rasulullah melalui Hasan dan Husein. Dan menjadi jelaslah bahwa gelar Habib bukan hasil rekayasa orang Jawa yang terpengaruh kepada kesesatan, tetapi hasil konklusi dari kitabulah dan sunah Rasul-Nya.
Kesimpulannya adalah bahwa gelar Habib hanya boleh diberikan kepada keturunan Hasan dan Husein sebagai konsekuensi ayat, dan tidak boleh diberikan kepada selain keturunan mereka berdua. Namun perlu ditegaskan disini bahwa mencintai Al-Qubra adalah wajib hukumnya, sedangkan gelar Habib hanyalah sunah hukumnya.
Keturunan Hasan dan Husein
Hasan bin Ali bin Abi Thalib memiliki beberapa orang istri :
1. Kaulah binti Mandhur,
2. Ummu Ishaq binti Thahlah bin Utsman,
3. Ummu Zaid Khazrajiyah,
4. Ja’dah binti Asy’ats bin Qais (Ja’dah inilah yang meracuni Hasan atas perintah Mu’awiyah bin abu Sufyan).
Hasan bin Abi Thalib menurunkan putera – putera :
1. Kaulah binti Mandhur,
2. Ummu Ishaq binti Thahlah bin Utsman,
3. Ummu Zaid Khazrajiyah,
4. Ja’dah binti Asy’ats bin Qais (Ja’dah inilah yang meracuni Hasan atas perintah Mu’awiyah bin abu Sufyan).
Hasan bin Abi Thalib menurunkan putera – putera :
1. Abdulah
2. Qasim
3. Hasan Mutsanna
4. Zaid
5. Umar
6. Abdurahman
7. Ahmad
8. Ismail
9. Husein
10. Aqil
11. Hamzah
12. Thalhah
Abdulah bin Hasan melanjutkan keturunan Hasan melalui enam puteranya :
1. Muhammad An – Nafs Az – Zakiyyah
2. Ibrahim
3. Idris
4. Musa
5. Sulaiman
6. Yahya
Semua ini dapat dibaca pada kitab ‘Syams Adh – Dhahirah’ karangan Allamah Sayyid Abdurahman bin Muhammad bin Husein Al Masyur.
Sedangkan Husein bin Ali bin Abi Thalib memiliki enam putera :
1. Ali Akbar
2. Ali Ashgar
3. Ali Ausath (Ali Zainal Abidin)
4. Ubaidillah
5. Muhammad
6. Jafar
Seluruh putera Husein Syahid bersama Husein di Karbala – Irak pada tahun 61 H, kecuali Ali Zainal Abidin yang selamat dari pembantaian biadab pasukan penguasa Yazid bin Muawiyah.
Ali zainal Abidin memiliki Putera :
Ali zainal Abidin memiliki Putera :
1. Muhammad Al-Bagir
2. Abdullah Al-Bahir
3. Zaid
4. Umar Al-Asyraf
5. Ali
6. Husein Ashghar
7. Husein Akbar
8. Qasim
9. Hasan
10. Sulaiman
11. Abdurahman
Muhamad Al – Bagir mempunyai anak :
1. Ja’far Shadiq
2. Abdulah
3. Ibrahim
4. Zaid
5. Ali
Ja’far Shadiq mempunyai anak :
1. Abdulah
2. Abbas
3. Yahya
4. Muhsin
5. Muhammad Ashghar
6. Ismail
7. Muhammad Akbar
8. Ishak
9. Musa Al Khadim
10. Ali Ureidhi
Keturunan Musa Al Khadim tersebar di negara : Irak, Libanon dan Iran. Mereka menambahkan ‘Al - Musawi’ di belakang nama – nama mereka untuk menunjukan bahwa mereka keturunan Musa Al – Khadim.
Keturunan Ali Ureidhi tersebar di negara : Yaman, India, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, dan Indonesia. Bermula dari hijrahnya seorang cucu Ali Ureidhi yang bernama Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Ureidhi dari Irak ke Yaman. Di Yaman Ahmad bin Isa mengembangkan keturunan yang sangat banyak, darinya munculah marga – marga :
1. Mauladawilah Asegaf
2. Alaydrus
3. Bin syekh Abubakar
4. Al Atas
5. Al Hamid
6. Al Muhdhar
7. Al Haddad
8. Al Habsyi
9. Al Jufri
10. Ba’abud
11. Ba’Agil
12. Al Munawar
13. Al Gadri
14. Fad’ag
15. Afiff
16. Al Kaf
17. Al Hinduan
18. Asy Syathiri
19. Basyeban
20. Bin Yahya
21. Bin Smith
22. Bin Thahir
Dan masih banyak lagi. Almarhum Buya Hamka mengakui eksistensi keturunan Rasulullah yang ada di Indonesia. Silahkan baca kata sambutan Hamka pada buku ‘Al Husein bin Ali bin Abi Thalib’ karya MHM Hamidy.
Pendiri madzhab Syafi’i yaitu imam Muhammad bin Idris Asy-Safi’i mengumandangkan syair beliau yang sangat terkenal di dunia islam sebagai berikut :
Wahai keluarga Rasulullah
Mencintai merupakan kewajiban yang ditetapkan Allah dalam Al
Qur’an yang di turunkan – Nya
Cukup sudah ketinggian derajat kalian yaitu bahwa siapa saja
tidak bersholawatkepada kalian tidak sah
shalatnya.
Karenanya mayoritas Ulama Salaf dan khalaf telah menunjukan kecintaan mereka yang mendalam terhadap keluarga keturunan Rasulullah SAW.
Derajat Manusia
Dalil Qur’anik-Sunnah yang selalu dijadikan senjata utama kelompok Al - Irsyad adalah Al - Qur’an surah Al - Hujarat ayat 13 “.... sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertakwa”. Dan sabda nabi Muhammad SAW “ Kamu adalah sekalian berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah tidak ada kelebihan antara bangsa Arab dan bukan Arab kecuali dengan takwa”, sama sekali tidak menapikan ayat 33 surah Al Ahzab yang berbunyi :
“......sesungguhnya Allah ingin menghilangkan noda kotoran dari kalian - Ahlul Bait dan mensucikan kalian sesuci - sucinya”.
Sebab, siapapun yang mempelajari ilmu - ilmu Al - Qur’an akan berpendapat bahwa dalam Al - qur’an terdapat kelompok ayat yang bersifat umum (seperti kandungan surah Al Hujarat ayat 13), dan ada kelompok ayat yang bersifat khusus (seperti surah As - Syura ayat 23, Al - Ahzab ayat 33). Bukankah Allah menamakan umat Muhammad ini sebagai umat terbaik melalui firman- Nya pada surah Al - Imran ayat 110, “ Kalian adalah sebaik - baik umat .......” Dan melalui bebrbagai sumber Hadist, Rasulullah SAW telah membeberkan keutamaan - keutamaan umat Muhammad dibandingkan dengan umat lainya. Umat yang lain tidak perlu iri hati sebab itu hak mutlak Allah SWT, dan dibalik pemberian keutamaan - keutamaan itu tentu ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Dan Allah menegaskan hal tersebut melalui firman-Nya pada surah :
Ali Imran ayat 73, “Katakanlah (hai Muhammad) sesungguhya keutamaan itu berada dalam tangan Dia yang diberikan kepada siapa yang Allah kehendaki”.
Surah An - Nisa ayat 53, “Apakah mereka iri hati terhadap sekelompokorang yang Allah berikan keutamaan kepadanya, sebab sebelumnya telah Kami berikan kepada keluarga Ibrahim As Al - Kitab dan Hikmah. Dan telah Kami berikan kepada mereka kekuasaan yang besar”.
Ali Imran ayat 73, “Katakanlah (hai Muhammad) sesungguhya keutamaan itu berada dalam tangan Dia yang diberikan kepada siapa yang Allah kehendaki”.
Surah An - Nisa ayat 53, “Apakah mereka iri hati terhadap sekelompokorang yang Allah berikan keutamaan kepadanya, sebab sebelumnya telah Kami berikan kepada keluarga Ibrahim As Al - Kitab dan Hikmah. Dan telah Kami berikan kepada mereka kekuasaan yang besar”.
Demikian juga surah
Al - Baqarah ayat 253, Al - Isra ayat 55, Az - Zukhruf ayat 32, Al - An’am ayat 83 dan sebagainya.
Al - Baqarah ayat 253, Al - Isra ayat 55, Az - Zukhruf ayat 32, Al - An’am ayat 83 dan sebagainya.
Kenapa Allah menimpakan azab umum kepada umat - umat nabi Nuh, nabi Luth, Nabi shaleh dan yang lainya ?
Sedangkan umat nabi Muhammad SAW tidak demikian ?
Bukankah para pembuat dosa besar juga banyak dikalangan umat Nabi Muhammad ?
Nilai dan bobot taqwa seseorang tergantung pada sikapnya dalam mengamalkan seluruh ajaran/perintah Allah dan Rasul-Nya, termasuk perintah kewajiban mencintai keluarga Rasulullah. Jika hal ini disepelekan , maka orang tersebut tidak akan termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang paling mulia. Sebab salah satu perintah Allah ditinggalkan. Dimana perintah tersebut merupakan hal yang vita, karena didalamnya terkandung permintaan Rasullulah kepada umatnya sebagai upah.
Bagaimana masih tidak yakin keturunan nabi Muhammad ada ?
Masih punya keyakinan Nabi Muhammad SAW manusia Biasa ?
saya heran jika mereka menganggap Nabi Muhammad manusia biasa, dan menuduh masyarakat yang mencintai dan mengagungkanya melakukan perbuatan maksiat atau bid'ah. Sementara mereka yang beranggapan Nabi Muhammad manusia biasa jika bertemu pejabat, ketua partainya atau presiden misalnya hormat, dan menganggap pejabat, ketua partai atau presiden berbeda dengan manusia lain. Ini Bisa dilihat dari cara penyambutan dan perlakuan mereka terhadap pejabat, ketua partai atau presiden. Kalau mereka konsisten harusnya penyambutan sama antara ketua partai dengan tukang ojek atau tukang becak, karena tukang ojeg dan presiden sama manusia biasa.
Mengapa mereka bisa beranggapan bahwa nabi manusia biasa ?
Sementara ketua partai dengan tukang ojeg mereka bedakan ?
Sementara presiden dianggap lebih di banding tukang becak ?
Mudah - mudahan Allah memberi hidayah Amiiin
Masih punya keyakinan Nabi Muhammad SAW manusia Biasa ?
saya heran jika mereka menganggap Nabi Muhammad manusia biasa, dan menuduh masyarakat yang mencintai dan mengagungkanya melakukan perbuatan maksiat atau bid'ah. Sementara mereka yang beranggapan Nabi Muhammad manusia biasa jika bertemu pejabat, ketua partainya atau presiden misalnya hormat, dan menganggap pejabat, ketua partai atau presiden berbeda dengan manusia lain. Ini Bisa dilihat dari cara penyambutan dan perlakuan mereka terhadap pejabat, ketua partai atau presiden. Kalau mereka konsisten harusnya penyambutan sama antara ketua partai dengan tukang ojek atau tukang becak, karena tukang ojeg dan presiden sama manusia biasa.
Mengapa mereka bisa beranggapan bahwa nabi manusia biasa ?
Sementara ketua partai dengan tukang ojeg mereka bedakan ?
Sementara presiden dianggap lebih di banding tukang becak ?
Mudah - mudahan Allah memberi hidayah Amiiin