BANDA ACEH - Ir Muhammad Usman (50), putra Aceh yang sudah 30 tahun
menjadi kolektor batu permata, mengklaim bahwa kualitas batu giok Aceh
menempati peringkat kedua di dunia, setelah Burma (Myanmar), disusul
giok Kanada di tempat ketiga.
Hal itu dia ungkapkan kepada Serambi, Selasa (16/12) sore menanggapi laporan eksklusif harian ini berjudul “Aceh Demam Giok” yang dipublikasi kemarin.
Khusus
giok jenis nefrit, menurutnya, kualias terbaik di dunia terdapat di
Myanmar. “Tapi stoknya di Myanmar sudah habis,” ujar pria yang akrab
disapa Abu Usman ini.
Giok nefrit terbaik kedua di dunia, kata Abu Usman, justru terdapat di Indonesia, tepatnya di Nagan Raya, Provinsi Aceh. Giok
jenis ini pula yang membuahkan kemenangan bagi Abu Usman saat mengikuti
Indonesian Gemstone Competition Idocrass pada Maret 2014 di Jakarta.
Nefrit
peringkat ketiga, menurutnya, adalah batu giok yang terdapat di Kanada.
Diakuinya, “demam” giok yang terjadi dalam enam bulan terakhir telah
menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang di Aceh. Kegemaran
mengoleksi batu permata tersebut merambah ke semua lini, tak terkecuali
para pejabat di daerah.
Namun siapa sangka, dari sekian banyak
jenis batu permata, tiga nama di antaranya dipopulerkan oleh Abu Usman,
seperti jenis idocrass, solar, dan neon.
Menurutnya, batu-batu
ini memiliki kelebihan dari lobster atau cahaya, warna, kilat kaca,
bahkan tingkat kekerasannya yang sudah mencapai 7 pada skala Mohs. sumber tribun new